Jumat, 30 Oktober 2015

CERPEN


Sahabat yang Tak Terduga

Tet... tet... tet...


                Bel sekolah telah berbunyi. Seluruh siswa segera memasuki kelas mereka masing-masing. Tampak sepasang kaki tengah melangkah di koridor sekolah. Seorang gadis dengan ramput panjang terurai dan seragam putih dengan rok abu-abu selutut yang tengah melangkah menuju suatu ruangan. Sepasang kaki itu terhenti di depan sebuah pintu,ya.. ia telah sampai di depan pintu kelasnya.

                “Heh kamu anak miskin masih berani juga kamu buat berangkat sekolah!” ucap seorang gadis dari dalam ruangan tersebut yang tak lain adalah kelasnya. Anak miskin!”  Ya itulah panggilan atau lebih tepatnya hujatan yang selalu dilontarkan Claudia kepada Rina. Rina hanyalah seorang gadis sederhana sedangkan Claudia merupakan gadis kaya dan populer di sekolahnya. Claudia juga merupakan ketua dari geng yang beranggotakan 4 orang gadis yang tak lain adalah Rachel,Amara,Dyana dan Maudy. Geng mereka sangat dikagumi dan ditakuti oleh seluruh siswa SMA Cemara Hijau. Nama geng mereka adalah “The Girls” alasan nama geng tersebut karena geng itu terdiri dari perempuan semua.

                Di sekolah Rina selalu saja mendapat bullyan dari Claudia dan teman-temannya. Semua orang yang dekat dengan Rina juga akan di ganggu oleh Claudia. Itulah alasan utama mengapa Rina tidak memiliki seorangpun teman di sekolah. Hari demi hari selalu dilalui Rina seorang diri.

                “Sepertinya tempat ini pas untukku.” gumam Rina yang merasa telah menemukan sebuah tempat untuknya. ”Di sini sangat nyaman sekali.” ucap Rina sambil duduk di bawah sebuah pohon besar yang rindang di belakang sekolah. Kini  Rina telah menemukan tempat yang ia butuhkan. Tempat untuknya meluapkan semua kepenatan yang ia alami sepanjang hari. Dan tentunya disana tidak akan ada yang mengganggunya temasuk Claudia. Setiap jam istirahat Rina selalu pergi kesana untuk membaca buku atau sekedar menghibur diri setelah lelah mengikuti pembelajaran di kelas.

                “Hmmttt... Pantas saja kau merasa betah di sini. Udara disini sangat sejuk dan pemandangannya juga indah.” tutur seseorang yang tiba-tiba duduk di samping Rina.”Hah... kau si..si..siapa?” tanya Rina yang masih kaget dengan suara yang tiba-tiba saja terdengar di telinganya itu.”Ah kau ini. Makanya jangan terlalu menutup diri. Kenalkan aku Sinta kelas sepuluh MIA dua dan kau Rina kan siswi kelas sepuluh MIA empat?” tanya Sinta dengan nada yang bersahabat.”I...i..iya,tapi darimana kau tahu aku disini?” tanya Rina yang kebingungan.“Sudahlah lupakan saja aku di sini hanya ingin mengenalmu lebih dekat saja karena menurutku kau terlalu menutup diri dari semua orang.” sambung Sinta yang kemudian melemparkan senyum kepada Rina.

Di dalam hati Rina merasa sangat senang karena akhirnya ada seseorang yang mau berteman dengannya. Meski sebenarnya ia masih ragu dengan kejadian yang tengah dialaminya itu. Tapi ia tidak ingin berburuk sangka kepada Sinta. Kini mereka sudah semakin dekat dan telah menjadi sahabat. Mereka selalu mengahabiskan waktu bersama. Sinta selalu melindungi Rina dari orang yang menjahilinya. Rina merasa senang karena sejak bersahabat dengan Sinta ia tidak pernah di ganggu oleh teman-temannya lagi. Kini tidak ada lagi yang memanggil Rina dengan panggilan anak miskin. Sebagai balasan atas semua kebaikan Sinta, Rina harus mengerjakan PR milik Sinta meski sebenarnya ia tidak suka seperi itu tapi apa boleh buat Sinta telah terlalu baik padanya.

Genap sudah satu bulan persahabatan mereka. Pagi itu Rina berangkat sekolah membawa sebuah kotak berukuran kecil yang terbungkus dengan indahnya. Saat tengah sibuk mencari Sinta, Rina merasa tidak nyaman dengan semua mata yang tengah memusatkan pandangannya kepada Rina.”Sebenarnya ada apa ini?” gumam Rina dengan suara yang pelan.

Akhirnya Rina dapat menemukan orang yang ia cari-cari sejak tadi yaitu Sinta. Ia melihat Sinta di taman sekolah.”Ini janjiku.Bagus juga kerjamu!” ucap seorang gadis dengan nada yang sinis. Gadis  itu lalu menyerahkan sebuah kamera SLR Canon kepada seorang gadis didepannya. Rina sangat kaget melihat apa yang tengah terjadi di depan matanya. Orang yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri itu telah mengkhianatinya. Sinta menerima kamera pemberian Claudia itu di depan mata Rina. Sungguh hati Rina seperti tengah disayat dengan pisau yang sangat tajam.

Claudia yang menyadari keberadaan Rina disana lalu tertawa dengan kerasnya. ”Hahaha,hei kau anak miskin kau tahu bahwa aku dan Sinta telah bertaruh untuk menjadikanmu sebagai babu, dan lihatlah sekarang kau telah menjadi seorang babu. Kau pikir kau ini siapa? Jangan pernah kamu bermimpi untuk berteman dengan orang seperti kita. Tak pantas sekali anak miskin sepertimu dekat dengan orang kaya seperti kami,” ucap Claudia dengan sombongnya. Serentak semua orang yang berada disana menertawakan dan melempari Rina dengan botol bekas. Rina hanya mampu menangis. Ia lalu segera berlari menjauh dari keramaian itu.

“Bodoh sekali aku ini, dengan mudahnya aku dipermainkan seperti ini. Ah... Aku benci semuanya, semua orang sama saja. Mereka hanya melihat seseoang dari luarnya saja tanpa mereka tahu isi hati oang lain. ‘’Rina mengguman dengan air mata yang meluncur dipipinya. Kakinya terasa lemas hingga tak sanggup lagi menopang tubuhnya dan membuatnya jatuh terduduk. Iamenangis di bawah pohon sembari memperhatikan kotak yang ada di genggamannya.”Sudah kuduga kau pasti disini.” ucap seseorang yang suara langkahnya kian mendekat. Telinga Rina merasa tidak asing dengan suara itu. Itu adalah suara seseorang yang selalu menghiburnya setiap ia sedih tapi kini suara itu pula yang telah melukainya.
                “Kenapa kau kemari? Belum puaskan kau menyakitiku? Aku memang hanyalah seorang anak yang miskin yang hanya mampu mengandalkan beasiswa untuk masuk di sekolah elit seperti ini. Aku memang tak sepantasnya berteman denganmu!” ucap Rina dengan emosi yang meluap-luap. Sinta hanya melemparkan sebuah senyum dan dengan sigap ia memotret Rina dengan kamera SLR Canon yang ia peroleh dari Claudia. ”Kau tahu bahwa aku sangat senang berteman denganmu. Sangat sulit untukku mendekatimu dan berkat kamera ini aku bisa jauh lebih dekat denganmu. Aku akan menyimpan kamera ini sebagai bukti atas perjuanganku untuk bisa berteman denganmu.” jawab Sinta. Setelah mendengar penjelasan dari Sinta, Rina merasa tidak percaya dengan apa yang sedang dihadapinya. Ia merasa sangat beruntung  karena Tuhan telah mengirimkan malaikat-Nya melalui Sinta sahabatnya. Rina merasa telah menemukan seseorang  yang mempunyai arti penting untuknya yaitu Sinta sahabat terbaiknya yang tak terduga. Rina teringan dengan kado yang akan diberikan kepada Sinta sebagai peringatan satu bulan persahabatan mereka. Rina lalu menyerahkan kado itu kepada Sinta dengan sebuah senyuman. Tak berucap sepatah katapun Sinta segera membuka kado pemberian Rina dan didapatinya sebuah gelang cantik dengan huruf R&S di salah satu ujungnya. Lalu Sinta dan Rina saling berpelukan dan mereka berjanji akan terus menjadi sahabat sampai kapanpun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar